Entri Populer

Rabu, 04 April 2012

HATI2 DENGAN ZINDIQ(MADRASAH ORIENTALIS ATAU YAHUDI GAYA BARU)

Zindiq [Madrasah Orientalis Atau Yahudi Gaya Baru] Mengalahkan Yahudi

Ini sebuah tulisan tentang sebuah gerakan orientalis nan berpakaian dgn pakaian Islam & dari nasab atau keturunan kaum Muslimin. Akan tetapi, hakekatnya ruh, badan, akal & pikiran mereka seperti Yahudi, atau mengambil istilah saya, Yahudi gaya baru. Mereka telah diasuh & disusui dgn baik oleh Yahudi di negeri-negeri nan dikuasai oleh Yahudi seperti Amerika & negeri kafir lainnya. Usai belajar, mereka pun pulang ke negeri masing-masing, seperti Mesir, Syiria, Sudan, Pakistan, Malaysia. Indonesia & lain-lain. Sekarang mereka menjadi guru di negeri mereka utk mendidik kaum Muslimin agar mereka menjadi Yahudi walaupun nama & pakaiannya tetap Islam. Mereka mendirikan & membuka madrasah–madrasah (pusat kajian) dgn kajian-kajian Islamnya dlm berbagai macam acara seperti diskusi atau seminar & lain-lain.
Mungkin ada pertanyaan, bukankah nan dimaksud dgn orientalis ialah orang-orang non-Muslim nan mempelajari Islam utk merusak Islam & mengajarkan kerusakan itu kepada kaum Muslimin ? Jawabannya, “Ya, Itu dulu. Sekarang, cara kerja mereka berbeda. Tokoh-tokoh orientalis zaman ini tak lagi terjun langsung, akan tetapi lewat perantara anak didik mereka nan terdiri dari manusia– manusia munafik nan ada di dlm Islam utk merusak Islam & kaum Muslimin dari dalam. Dengan Islam nan demikian menurut para bapak orientalis lebih mengenal & berhasil merusak aqidah, ibadah, mu'amalat & ahklak kaum muslimin tanpa dicurigai & disadari oleh sebagian kaum muslimin. Bahkan sebagian dari kaum pergerakan seperti Ikhwanul Muslimin dlm sebagian manhajnya sangat terpengaruh dgn ajaran ini, meskipun mereka selalu berteriak tentang bahaya Ghazwul fikr (perang intelektual) & pentingnya Fiqhul Waaqi' (fiqih realita) Hal ini disebabkan kebodohan & penyimpangan mereka terhadap manhaj nan haq, manhaj Salafush Shalih. Bagaimana mungkin mereka sanggup menerangi umat & mengalahkan Yahudi, padahal baru melangkahkan kaki saja, mereka telah terperangkap oleh tipu daya yahudi?. Tahu atau tak tahu. Kemudian, sebagian dari ajaran dari Yahudi mereka jadikan asas dlm manhaj mereka, nan mereka perjuangkan dgn sebenar–benarnya jihat kebatilan. Oleh karena itu, menurut pendapat saya bahwa orientalis pada hari ini nan bergentayangan di negeri–negeri Islam ialah mereka nan berpakaian dgn pakaian Islam, akan tetapi ruh, badannya & akal pikirnya Orientalis Tulen. Mereka inilah salah 1 kelompok nan dimaksud oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dgn predikat para da'i nan berada di pintu-pintu jahannam di dlm Hadits shahih. [Lihat Hadits riwayat al-Bukhari no. 3606, 3607 & 7084 & Muslim no. 1847]
POKOK-POKOK KESESATAN MEREKA
Kalau saudara bertanya lagi, “Apakah sebenarnya hakekat ajaran mereka, ushul & furu'nya?
Saya menjawab:
1. Mereka mengajarkan kepada kaum Muslimin wihdatul adyaan (kesatuan agama-agama), bahwa semua agama sama , sama baiknya, 1 tujuan kepada-Nya?
Anehnya mereka ajarkan keyakinan nan kufur ini hanya kepada kaum Muslimin saja, tak kepada penganut agama–agama nan selain Islam.
2. Mereka memasukkan keraguan (tasykik) ke dlm hati & pikiran kaum Muslimin akan kebenaran agama Islamnya.
3. Mereka masukan ajaran-ajaran di luar Islam ke dlm Islam agar diyakini & diamalkan oleh kaum Muslimin.
4. Mereka memberikan tafsiran–tafsiran terhadap Islam nan sesuai dgn tujuan mereka yaitu membatalkan syari'at.
5. Mereka memasukkan sesuatu nan batil (kebatilan) & hal-hal nan haram bahkan kekufuran & kesyirikan bersama sejumah bid'ah i'tiqadiyyah (keyakinan) & amaliyyah ke dlm persoalan khilafiyah atau masalah nan masih di perselisihkan oleh Ulama menyalahi kenyataannya. Tujuannya, agar kaum Muslimin nan awam atau jahil terhadap kaidah–kaidah agama akan mengira dgn persangkaan kebodohan, bahwa masalah tersebut nan dilemparkan & dimasukkan oleh kaum zindiq adalah masalah–masalah khilafiyyah? Bukan sebagai suatu masalah nan telah disepakati kebatilannya & keharamannya
6. Setelah selesai masalah di atas (poin No. 5), kemudian mereka pun memberikan kebebasan sebebas–bebasnya kepada kaum Muslimin utk menerjemahkan & menafsirkan Islam sesuai kehendak, tujuan & masudnya masing–masing dgn alasan toleransi dlm berbeda tafsiran. Inilah hakekat mempermainkan & mengolok –olok agama Allah Azza wa Jalla.
7. Setelah berhasil dlm masalah di atas (point no. 6), mereka mengatakan pada kaum Muslimin bahwa kebenaran bersifat nisbi (relatif), kita ini tak bisa mengatakan bahwa agama kita ini Islam nan haq sedangkan nan selainnya batil. Demikian juga kita ini tak boleh mengatakan bahwa selain dari agama kita ini Al Islam adalah kufur & syirik. Oleh karena itu, kebenaran bersifat nisbi (relatif), maka di dunia ini kita ini belum tahu agama siapa nan benar & nan salah. Bisa jadi agama kita ini nan benar & agama nan lain salah atau sebaliknya. kita ini tak tahu dgn pasti karena nisbinya kebenaran itu sebelum kita ini sampai pada pengadilan nan Maha Kuasa. Oleh karena itu, menurut pendapat kami (baca: para syaithan) bahwa semua agama itu sama benar & baiknya (poin no. 1). Tidak perlu kita ini mengatakan agama kami nan benar & agamamu nan salah. Dengan demikian kita ini dapat menyelesaikan perselisihan & peperangan antar umat beragama. Demikianlah seruan sesat mereka.
Maka katakanlah kepada mereka, “Wahai kaum zindiq, kalau kebenaran itu sifatnya nisbi, nan maknanya bahwa seseorang itu tak dapat memastikan sesuatu itu benar atau salah, maka berdasarkan kaidahmu wahai zindiq. bahwa para pembunuh, perampok, koruptor & pencuri & lain-ain tak bisa disalahkan, karena bisa jadi perbuatan mereka nan benar & kita ini nan salah atau sebaliknya. Bagaimana menurut pendapatmu wahai kaum zanaadiqoh?
Kalau engkau mengatakan perbuatan mereka itu salah karena telah membunuh & seterusnya, maka jadilah engkau sedungu–dungu manusia ketika engkau menyalahkan seorang pembunuh atau pencuri, tetapi engkau membenarkan agama– agama nan batil & kufur nan mengajarkan kesesatan nan maha besar kepada manusia, bukankah engkau tak menimbang kecuali dgn timbangan iblis
Saya perlu menjelaskan kepada para pembaca nan terhormat agar tak terjadi kesamaran atau saya menyembunyikan apa nan saya ketahui sejak 2 puluh tahun lebih nan lalu. Ketahuilah wahai saudara – saudaraku Salah 1 madrasah mereka di negeri kita ini ini yaitu kelompok Paramadina dgn ‘kitab suci'nya Fiqih Lintas Agama.
Telah terbit sebuah kitab dgn judul FIQIH LINTAS AGAMA (?) nan ditulis oleh salah 1 sekte dlm Islam nan sangat sesat & menyesatkan, yaitu kelompok Paramadina, nan diketuai Nurcholish Madjid (*1). Kitab di atas sangatlah sesat & menyesatkan kaum Muslimin, para penulisnya telah memenuhi kitabnya tersebut dgn berbagai macam kerusakan (*2). Di antara bahayanya:
Kesesatan & kerusakannya nan dapat saya simpulkan ialah:
1. Mengajak kepada Wihdatul adyaan (kesatuan agama –agama). Bahwa semua agama -apa saja– sama di sisi Allah Azza wa Jalla, semua diterima oleh Allah Azza wa Jalla, meskipun ajaranya & caranya berbeda.
2. Semua agama baik & mengajarkan kebaikan kepada umatnya masing-masing. Oleh karena itu, apabila umat manusia menjalankan agamanya dgn baik & benar -karena semua agama itu baik & benar- maka mereka akan mendapat pahala & masuk surga.
3. Orang nan kafir ialah orang nan tak menjalankan ajaran agamanya atau nan tak beragama atau nan menentang agama. Selama mereka mengamalkan ajaran agamanya, maka mereka tak dicap sebagai orang kafir. Orang Yahudi tak kafir selama mereka mengamalkan agamanya. Orang Nashara tak kafir selama mereka mengamalkan agamanya. Orang Majusi tak kafir selama mereka mengamalkan agamanya & begitulah seterusnya.
4. Dipenuhi dgn berbagai macam kebohongan–kebohongan besar dgn mengatasnamakan Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya , para nabi & rasul, Islam, al-Qur`an, Taurat & Injil & seterusnya.
5. Talbis mereka seperti talbisnya iblis dgn mencampuradukkan kebenaran & kebatilan.
6. Tipu muslihat & kelicikan mereka dlm menulis.
7. Menghilangkan amanah ilmiyyah.
8. Kejahilan mereka terhadap Dinul Islam nan sangat murakkab (berlipat-ganda), walaupun mereka berlagak alim sebagaimana kebiasaan orang-orang munafiqun.
9. Celaan & penghinaan mereka terhadap para Sahabat, Taabi'in & Taabi'ut taabi'in sebagai 3 generasi terbaik di dlm umat ini.
10. Mereka telah merubah makna ayat–ayat al-Qur'an sebagaimana nan pernah dilakukan guru besar mereka ketika mereka merubah Taurat & Inji
11. Celaan & penghinaan mereka kepada Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, seorang Sahabat besar.
12. Celaan & penghinaan mereka kepada Imam -Syafi'i rahimahullah.
13. Menyembunyikan ilmu
14. Memenggal kemudian merubah sabda Nabi nan mulia .
15. Mendahulukan akal dari wahyu aI-Qur'an & Sunnah.
16. Mereka bermanhaj dgn manhaj filsafat batiniyyah (kebatinan).
17. Mereka menterjemahkan & menafsirkan Islam sesuai dgn manhaj kaum zindiq.
18. Mereka menyamakan & mempertemukan Islam dgn agama-agama nan lain nan menjadi ciri-ciri khas kaum zindiq.
19. Mereka memuliakan & meninggikan agama - agama selain Islam persis seperti kebiasaan kaum munafikun.
Mereka menamakan buku mereka dgn nama nan rancu, “FIQIH LINTAS AGAMA(?)'' Nama nan tak pernah dipergunakan oleh para Ulama dlm menamakan kitab-kitab mereka. Sebuah nama nan menunjukkan isi & kesesatan para penulisnya. Antara judul & isinya sangat bertentangan. Mereka menamakannya Fiqih Lintas Agama, nan dimaksud adalah bertemunya agama-agama dlm 1 titik. Anehnya, mereka sodorkan ini kepada Islam & kaum Muslimin tak kepada nan lain. Kenapa ?
Jawabannya:
Pertama: Agama-agama nan lain tak mempunyai fiqih seperti fiqih Islam. Manakah fiqih mu'amalat agama-agama selain Islam ? Padahal kita ini tahu bagian mu'umalat sangat luas sekali nan mengatur hubungan antar manusia, baik nan seagama atau berbeda agama. Berbeda dgn agama Islam, bagian mu'amalat diatur dgn sangat sempurna. bahkan ayat nan terpanjang dlm al-Qur'ân berbicara tentang mu'amalat [al-Baqarah/2:282].
Lalu, apa maksud & tujuan dari penulisan buku Fiqih Lintas Agama, kalau kenyataannya agama-agama lain nan ingin disamakan dgn Islam tak memiliki fikih ?
Maka saya jawab. “Mengambil istilah fiqih maqaashid-nya sekte Paramadina, yaitu fiqih dgn melihat kepada maksud & tujuannya. maka saya pribadi tak ragu lagi, secara kontextual tujuan mereka ingin menghapus syari'at Islam nan dibawa oleh Nabi nan mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua: Agama-agama nan tersebut di atas, masing-masing meyakini bahwa agama merekalah nan benar, nan lain salah, batil, kufur & seterusnya.
Apakah Yahudi mau mengakui & menyatakan bahwa agama Kristen adalah benar atau sebaliknya?
Apakah mereka semua mau beriman kepada Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sailam?
Kalla tsumma kalla (Tidak, sama sekali tidak)
Tim penulisnya terdiri dari orang-orang nan sudah diketahui oleh kaum Muslimin, -khususnya ahli ilmu- kesesatan & penyimpangan mereka dlm memahami, mengamalkan & menda'wahkan Islam walaupun mereka mengatasnamakan Islam.
Nurcholish Madjid, guru besar mereka pernah mengganti kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah (tidak ada 1 pun ilah nan berhak diibadahi dgn benar kecuali Allâh) menjadi: Tidak ada tuhan melainkan Tuhan.
Barangkali sangat tepat & bagus, kalau saya memberikan salah 1 contoh dari murid terbaik sekaligus nan terdungu dari mereka yaitu Ulil Abshar dlm makalahnya menyegarkan kembali pemahaman Islam (”). Sebuah makalah kecil nan berisi kekufuran & kemunafikan nan menjadi ciri khas kaum zindiq. Dalam makalah kecilnya, dia mengatakan:
- Hukum Allah tak ada
- Semua agama sama dlm kebaikan & kebenarannya
- Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai tokoh historis nan harus dikaji dgn kritis, sehingga tak hanya menjadi mitos nan dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia nan juga banyak kekurangannya, sekaligus panutan nan harus diikuti (qudwah hasanah)
Kalau tak ada lagi perkataan lain selain nan tersebutkan di atas, maka dgn meminjam ungkapannya, “Dengan tanpa rasa sungkan & kikuk, saya mengatakan . . bahwa, orang ini adalah budak kecilnya kaum zindiq, nan hanya demi meraih kenikmatan duniawi, dia menjual agamanya. “
Dalam makalah kecilnya sering diulang-ulang kalimat fikir, memikirkan, akal, hasil diskusi & seterusnya. nan menunjukan bahwa makalah ini hanyalah akal-akalan & fikir-fikiran kelompok Paramadina dgn akal & jalan fikiran mereka nan sakit & kacau bukan sebagai bahasan ilmiyyah. Akal nan seperti ini tentu selalu bertentangan dgn wahyu al-Qur'an & as-Sunnah atau dgn seluruh ajaran Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan dlm 2 buah kitab beliau rahimahullah dlm membantah filsafat Yunani yaitu Dar'u Ta'ârudhil Aqli wan Naqli & ar-Raddu 'alal Manthiqiyyin.
Akal ada 2 macam:
Pertama: Akal nan shahih & sharih. yaitu nan sehat & memiliki ketegasan.
Kedua: Akal nan saqim & idhthirâb, yaitu nan sakit & kacau.
Akal nan shahih & sharih tak akan pernah bertentangan dgn wahyu al-Qur'ân & Sunnah. Akal nan seperti ini selalu tunduk & patuh terhadap keputusan wahyu & membenarkannya, tak melawannya, baik keputusan wahyu itu dapat dicernanya atau tidak. Karena mereka lebih mendahulukan wahyu daripada akal-akal mereka, bukan sebaliknya. Akal hanya mereka jadikan sebagai perangkat utk memahami wahyu dgn benar. Karena akal itu memiliki keterbatasan, sempit, dangkal & berbeda-beda antara akal nan 1 dgn nan lainnya. Oleh karena itu, mustahil kalau kita ini menjadikan akal sebagai asas dari wahyu, atau dgn kata lain mendahulukan akal daripada wahyu.
Kalau akal nan kita ini dahulukan, akan ada pertanyaan, “Akal siapakah nan akan kita ini pakai ?” Apakah akal tim penulis buku ini, ataukah akal seorang tukang semir sepatu (misalnya) nan lebih mendahulukan wahyu dari akalnya & berjalan di atas manhaj nan haq ?
Kalau kita ini timbang dgn dalil-dalil akal, maka akal si tukang semir nan kita ini pakai, dgn beberapa pertimbangan & alasan mendasar, diantaranya:
- Dia lebih mendahulukan wahyu daripada akalnya nan sangat terbatas
- Akalnya sehat & memiliki ketegasan. Akal nan sehat & memiliki ketegasan (Shahih & Sharih) selamanya tak akan bertentangan dgn wahyu & dgn apa nan dibawa oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akal ini selalu menyetujui & membenarkan wahyu, sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (*4)
Kalau kita ini memilih & memakai akal tim penulis buku nan sesat & menyesatkan ini, maka bisa menimbulkan keruskan pada akal & cara berfikir, pada ilmu, Agama & dunia. Mereka ini layak dijadikan contoh dari jenis akal nan kedua, yaitu akal nan saqim & idhthirâh, (sakit & kacau), akal nan selalu menyelisihi, menetang & melawan wahyu.
- Ketika wahyu menegaskan bahwa Islam satu-satunya agama nan sah disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka mengatakan, “Semua agama sah, baik & benar. “
- Ketika wahyu menegaskan bahwa Yahudi, Nashara, Majusi adalah orang-orang kafir. Mereka mengatakan, tak kafir, nan kafir adalah orang nan tak menjalankan agamanya. Surat al-Kâfirûn khusus utk kafir Quraisy.
- Ketika wahyu menegaskan, bahwa perempuan Muslimah tak boleh nikah dgn laki-laki non-Muslim. Mereka mengatakan, “Itu boleh. ” Ayat tadi khusus utk orang-orang kafir zaman itu. Dan begitulah seterusnya.
Mereka berdalil dgn al-Qur'an & hadits
Ada nan mengatakan, “Bukankah mereka telah mengemukakan banyak dalil al-Qur'ân & hadîts?”
Syubhat ini kita ini jawab dengan:
Pertama: Betul, bahkan seluruh sekte nan ada dlm Islam juga melakukan hal nan sama, berdalil dgn al-Qur'an & Hadits. Tidak ada 1 pun sekte nan berani mengatakan kami tak berpegang & berdalil dgn keduanya. Sampai sekte nan mengingkari Hadits sebagai hujjah & hanya berpegang dgn aI-Qur'an saja pun tak sanggup secara mutlak mengatakan kami hanya berpegang dgn al-Qur'an saja. Pada tahun 1983, saya pernah berdialog dgn 2 tokoh inkârus sunnah. Saya bertanya, “Atas dasar apa saudara mengingkari Hadits sebagai hujjah dlm Islam setelah al-Qur'an ?” Mereka menjawab, “Bukankah 'Aisyah Radhiyallahu 'anha pernah menerangkan bahwa akhlak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah al-Qur'an ?” Saya katakan, “Ya, & bukankah nan saudara bawakan itu Hadits riwayat Imam Muslim ? Mengapa saudara mengingkari Hadits tapi berdalil dgn hadits ?”
Kedua: Mereka menafsirkan al-Qur'an & Hadits sesuai dgn tafsiran mereka, sesuai dgn hawa nafsu & ra'yu (pikiran) mereka. Mereka arahkan tafsirannya semau mereka. Singkat kata, al-Qur' an & Hadits mereka paksakan utk mengikuti kemauan mereka. Salah 1 contohnya, mereka membawakan sebuah hadits shahih riwayat Imam al-Bukhâri & Muslim. Mereka berkata (hlm. 38), “Dalam sebuah hadits terkenal, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dlm fitrah (kesucian), namun kedua orang tuanyalah nan dapat membuat anak itu menyimpang dari fitrah. . . “
Saya katakan, “Mereka telah memotong atau memenggal hadits itu sehingga maknanya rusak & rancu. Kemudian mereka ganti kalimat nan mereka potong dgn kalimat lain nan semakin membingungkan dlm memahami hadits tersebut sesuai dgn maksud Nabi n dgn benar”.
Kenapa mereka tak melanjutkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas dengan, “. . namun kedua orang tuanyalah nan menjadikannya YAHUDI, NASHARA ATAU MAJUSI. “
Kenapa mereka menyembunyikan bagian terpenting dari hadits di atas ?
Kenapa mereka hilangkan lafazh Yahudi, Nashara & Majusi ?
Kenapa mereka sangat takut sekali diketahui orang bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menegaskan kekafiran Yahudi, Nashara & Majusi ?
Saya kira para pembaca sudah tahu jawabannya Insyâ' Allah. Dan masih banyak hadits nan sangat mengerikan & menakutkan mereka tentang kekafiran Yahudi & Nashara serta tentang segala sesuatu nan sangat tak mereka inginkan diketahui apalagi diyakini kaum Muslimin.
Ketiga: Dalam memahami & menafsirkan al-Qur'an & Hadits mereka tak mengikuti pemahaman & tafsir para Sahabat Radhiyallahu anhum & Tâbi'în. Ini merupakan ciri tafsir ahli bid'ah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menegaskan, “Barangsiapa nan berpaling dari madzhab Sahabat & Tâbi'in serta tafsir mereka kepada penafsiran nan menyelisihinya, maka dia telah salah bahkan termasuk ahli bid'ah (mubtadi'). Karena para Sahabat & Tâbi'in itu lebih mengetahui tentang tafsir al-Qur'an & makna-maknanya, sebagaimana mereka lebih mengetahui tentang kebenaran nan menjadi tujuan Allah mengutus Rasul-Nya”. [Dinukil Imam Suyuthi dlm al-Itqân fi 'ulûmil Qur'ân, 2/178, bagian ilmu Qur'ân nan ke-78]
Dalam muqaddimah buku Fiqih Lintas Agama, tim penulis (hlm. 1) membawakan 3 perkataan dari 3 Imam mujtahid mutlak yaitu Syafi'i, Imam Abu Hanifah & Ibnu Hazm. Akan tetapi, mereka tak menerangkan dari kitab apa mereka menukilnya agar kita ini dapat memeriksa langsung teks aslinya & keshahihannya?
Oleh karena itu, kalau mereka tak mau dituduh telah berbohong atas nama para imam di atas atau paling tak merubah makna & maksud nan sebenarnya, maka seharusnya menyertakan maraaji'nya (referensinya) Ini nan pertama
Yang kedua
Jika ada nan bertanya, “Apakah maksud & tujuan dari tim penulis mengutip perkataan Imam Syafi'iy rahimahullah, Abu Hanifah rahimahullah & Ibnu Hazm rahimahullah ?”
Jawabnya adalah, Untuk menyatakan bahwa:
1. mereka adalah para mujtahid nan sedang berijtihad.
2. apa nan mereka tulis adalah benar, & merupakan kebenaran nan telah hilang & merekalah mujaddidnya.
3. apa nan telah dikatakan & ditulis oleh para Ulama termasuk ketiga Imam di atas adalah salah, & merupakan kesalahan nan diikuti terus menerus.
Saudaraku, betulkah mereka itu para mujtahid nan kaidah-kaidah & syarat-syaratnya telah dijelaskan oleh para Ulama ?
Saya jawab, “Kalla tsumma kalla (Sama sekali tidak) Ustadz Hartono Ahmad Jaiz bercerita kepada saya pada hari sabtu pagi, bulan Pebruari 2004, di pengajian shahih Bukhâri nan saya pimpin, “Salah seorang dari mereka tak fasih & salah dlm membacakan salah 1 ayat aI-Qur'ân saat dlm perdebatan. Tetapi saya tak ragu & sepakat dgn mereka, kalau mereka itu adalah para mujtahid nan sedang berijtihad -menurut istilah mereka- dlm 1 masalah besar yaitu Menghapus syari'at Robbul 'alamin”
Yang ketiga
Para pembaca, inilah teror nan sesungguhnya
Mereka ini teroris nan sebenarnya. Serangan nan mereka lancarkan adalah sebentuk teror nan canggih & berbahaya pada zaman ini. Jauh lebih berbahaya & merusak daripada teror & penghancuran secara fisik. Mereka ini merusak hati nan pada gilirannya nanti akan menjalarkan kerusakan fisik sebagaimana telah ditegaskan oleh Nabi nan mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Yang keempat
Perkataan para Imam tentang ijtihad & taqlid, salah & benarnya pendapat seorang mujtahid, banyak sekali & sangat masyhur dikalangan ahi ilmu & penuntut ilmu. Intinya mereka mengajak kembali kepada aI-Qur'ân & sunnah menurut pemaham salaf & menyalahkan atau meluruskan perkataan atau pendapat orang nan menyalahi 2 dasar hukum Islam di atas atau menyimpang dari manhaj salaf. Adapun sekte Paramadina berusaha keras mengajak kaum muslimin utk meninggalkan al-Qur'ân & Sunnah & manhaj salaf.
Kemudian mereka mengajak kaum musllmin utk mengikuti manhaj mereka nan sesat & menyesatkan yaitu manhaj bâthiniyyah. Di bawah ini saya bawakan, beberapa contoh agar kita ini mengetahui berdasarkan hujjah nan kuat & benar.
Pertama: Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata:
إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِي
Apabila sebuah hadits telah sah maka itulah madzhabku
لاَ يَحِلُّ ِلأَحَدٍ أَنْ يَأْخُذَ بِقَوْلِنَا مَالَمْ يَعْلَمْ مِنْ أَيْنَ أَخَذْنَاهُ
Tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama dia belum tahu darimana kami mengambilnya
حَرَامٌ عَلَى مَنْ لَمْ يَعْرِفْ دَلِيْلِي أَنْ يُفْتِيَ بِكَلاَمِي
Haram bagi orang nan tak tahu dalilku utk berfatwa dgn pendapatku
فَإِنَّنَا بَشَرٌ نَقُوْلُ الْقَوْلَ الْيَوْمَ وَنَرْجِعُ عَنْهُ غَدًا
Sesungguhnya kami ini manusia biasa, kami menetapkan 1 pendapat pada hari ini & (mungkin) besok kami ruju'
Kedua: Imam Mâlik bin Anas rahimahullah berkata:
إِِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِئُ وَأُصِيْبُ ، فَانظُرُوْا فِي رَأْيِي ؛ فَكُلُّ مَا وَافَقَ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوْهُ ، وَكُلُّ مَالَمْ يُوَافِقِ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ
Aku hanya seorang manusia nan bisa salah & benar, maka perhatikanlah pendapatku, setiap nan sesuai dgn al-Qur'ân & Sunnah ambillah, & setiap nan menyalahi al-Qur'ân & Sunnah, tinggalkanlah.
لَيْسَ أَحَدٌ بَعْدَ النَّبِي صلى الله عليه وسلم إِلاَّ وَيُؤْخَذُ مِنْ قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ إِلاَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
Tidak ada seorangpun sesudah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan perkataannya bisa diambil & ditinggalkan kecuali Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
Ketiga: Imam asy-Syâfi'i rahimahullah:
إِذَا صَحًّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِي
Apabila sebuah hadits telah sah maka itulah madzhabku
إِذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُوْلُوْا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَدَعُوْا مَا قُلْتُ
Apabila kalian dapati dlm kitabku sesuatu nan menyalahi Sunnah Rasululluh Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka peganglah. Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam & tinggalkanlah perkataanku
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى أَنَّ مَنْ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ
Kaum Muslimin telah berijma' bahwa orang nan telah jelas baginya Sunnah Rasualullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tak halal baginya utk meninggalkan Sunnah tersebut karena mengikuti pendapat seseorang
كُلُّ مَسْأَلَةٍ صَحَّ فِيْهَا الْخَبَرُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - عِنْدَ أَهْلِ النَّقْلِ بِخِلاَفِ مَا قُلْتُ ؛ فَأَنَا رَاجِعٌ عَنْهَا فِي حَيَاتِي وَبَعْدَ مَوْتِي
Setiap masalah nan telah sah haditsnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menurut pemeriksaan ahli hadits nan menyalahi pendapatku, maka aku ruiu' dari pendapat tersebut dimasa hidupku & sesudah aku mati
Keempat: Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata:
لاَ تُقَلِّدُنِي وَلاَتُقَلِّدْ مَالِكًا وَلاَ الشَّافِعِيَّ وَلاَ الأَوْزَاعِيَ وَلاَ الثَّوْرِي ، وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوْا
Janganlah kamu taqlid kepadaku, & janganlah kamu taqlid kepada Mâlik. Syâfi'i, al-Auzâ'i & ats Tsauri Dan ambillah darimana mereka mengambil.
لاَتُقَلِّدْ دِيْنَكَ أَحَدًا مِنْ هَؤُلاَءِ مَا جَاءَ عَنِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم وَأَصْحَابِهِ فَخُذْ بِهِ
Jangan kamu taqlidkan agamamu kepada seorangpun juga dari mereka itu. Apa nan datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam & para Shahabatnya, maka pegangilah. (*5)
Sekte Paramadina dlm kitab sesat mereka (hlm. 9-12) membawakan perkataan Imam asy- Syâthibi rahimahullah, namun fiqih maqâshid mereka tak ada hubungannya dgn Fiqih maqâshid Syâthibi rahimahullah, bahkan bertentangan. Mereka berkata (hlm. 9), “Diantara Ulama klasik nan sangat menonjol dlm mengembangkan fiqih maqâshid adalah Abu Ishâq asy-Syâthibi (790 H). Beliau menulis sebuah buku amat menarik, yaitu al-Muwâfaqât Fi Ushûlis Syarî'ah (Beberapa konsensus dlm dasar-dasar Syari'at). Buku tersebut bisa dipandang sebagai kerangka metodologis dlm memahami syari'at & bukannya kesimpulan-kesimpulam hukum (istinbâthul ahkâm)”
Saya jawab:
Pertama: Ini bukti ketak tahuan mereka. Mereka tak bisa membedakan antara fiqih dgn ushûl fiqih, mana nan kitab fiqih & mana nan kitab ushul fiqih. Kitab Syâthibi rahimahullah di atas telah dikenal sebagai kitab ushûl fiqih bukan kitab fiqih.
Kedua: Apakah mereka akan tetap berpegang dgn perkataan Syâthibi rahimahullah dgn memuliakan kitabnya al-Muwâfaqât ketika Syâthibi mengatakan:
وَقَدْ وَجَدْنَا وَسَمِعْنَا أَنَّ كَثِيْرًا مِنَ النَّصَارَى وَالْيَهُوْدَ يَعْرِفُوْنَ دِيْنَ الإِسْلاَمِ وَيَعْلَمُوْنَ كَثِيْرًا مِنْ أُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ نَافِعًا لَهُمْ مَعَ البَقَاءِ عَلَى الكُفْرِ بِاتِّفَاقِ أَهْلِ الإِسْلاَمِ
“Dan sesungguh kita ini telah mendapati & mendegar bahwa kebanyakan orang-orang Nashara & Yahudi mengenal agama Islam & mengetahui kebanyakan dari ushul & furu'nya, akan tetapi nan demikian itu tak ada manfa'atnya bagi mereka, selama mereka tetap dlm kekufuran menurut kesepakatan ahlul' Islam”. [al- Muwâfaqât, 1/34].
Perkataan Syâthibi rahimahullah ini laksana petir nan menyambar kemudian membakar & rnenghanguskan mereka. Syâthibi rahimahullah dgn tegas mengatakan bahwa Yahudi & Nashara itu kafir menurut kesepakatan kaum muslimin. Padahal mereka tak mengkafirkan Yahudi & Nashara. Apakah mereka akan merima perkataan Syâthibi rahimahullah ini atau sudah saatnya utk meninggalkan & mencela Syâthibi rahimahullah?
Sekte Paramadina sangat benci sekali dgn perkataan musyrik, murtad & kafir. Mereka. Berkata, “Ada beberapa istilah nan selalu dianggap musuh dlm fiqih klasik, yaitu musyrik, murtad & kafir. Bila khazanah fiqih berpapasan dgn komunitas tersebut, maka sudah barang tentu fiqih akan memberikan kartu merah sebagai peringatan keras dlm menghadapi kalangan tersebut. “
Saya katakan:
Pertama: Istilah musyrik, murtad & kafir berasal dari al-Qur'ân & Hadits atau al-Kitâb & Sunnah bukan dari fiqih. Fiqih hanya mengambil dari al-Qur'ân & hadits. Kemudian fiqih menetapkan apa nan telah dikatakan oleh keduanya. Apakah mereka tak tahu ataukah mereka pura-pura tak tahu ? Kemungkinan nan kedua lebih tepat karena hal ini sudah sama-sama diketahui sampai oleh guru-guru besar mereka dari keturunan orang-orang nan pernah dirubah oleh Allâh menjadi babi & kera. Al Qur'ân & Hadits penuh dgn penjelasan kufur, syirik & murtad. Ataukah mereka masih takut mengatakan dgn tegas bahwa ada beberapa istilah nan selalu dianggap musuh dlm al-Qur'ân.
Inilah sifat kaum munâfiqûn nan selalu tak berani terang-terangan menyatakan apa nan sebenarnya mereka yakini.
Kedua: Perkataan mereka di atas telah membantah seluruh isi al-Qur'ân & Hadits nan dipenuhi penjelasan mengenai kekufuran, syirik & murtad. Demikian juga dgn ijma' & qiyas nan shahih. Imam Syâthibi rahimahullah dgn tegas telah mengatakan ijma' kaum Muslimin tentang kekufuran Yahudi & Nashara.
Ketiga: Perkataan mereka di atas menunjukkan dgn jelas kepada kita ini akan talbîs & penipuan mereka kepada kaum Muslimin dgn mengatakan bahwa lafazh kafir, musyrik & murtad adalah istilah-istilah fiqih?
Keempat: Mereka sangat benci sekali istilah kafir, musyrik & murtad tetapi mereka tak memberikan penjelasan kepada kita ini siapakah sebenarnya orang nan kafir, musyrik & murtad itu ? Inilah nan dimaksud dgn melemparkan perkataan atau penjelasan nan bersifat umum utk sesuatu nan khusus tanpa adanya penjelasan secara detail. Cara seperti inilah nan mereka terapkan di dlm buku nan diagung-agungkan oleh mereka, Fiqih Lintas Agama.
Barangkali inilah nan dapat saya jelaskan kepada kaum Muslimin tentang madrasah orientalis secara umum & Paramadina secara khusus sebagai salan 1 madrasah orientalis atau Yahudi gaya baru nan ada di ditengah kita ini ini. Dan saya kira telah mewakili & cukup bagi orang nan diberi petunjuk oleh Allah Azza wa Jalla. Hanya 1 kalimat dari kita ini umtuk mereka yaitu bahwa mereka telah mengikuti ajaran kaum zindiq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]
Referensi
(*1). Madrasahnya madrasah orientalts, bahkan lebih orientalis dari orientalis itu sendiri.
(*2). Salah 1 contonya dari sekian banyak contoh kesesatan mereka ialah mereka berpeganmg dgn kitab rasan-il ikhwasananush shafaa. Kitah ini telah disusun oleh beberapa orang zindiq ataa dasar filsafat yunani & batiniyyah (kebatinan) nan di dalamnya penuh dgn kekufuran sebagaimana telah ditegaskan Oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: ” . . . di dalamnya terdapat kekufuran & kebodohan nan sangat banyak sekali. . . ” (Majmu' fatawa lbnu Taimiyyah: jilid 4 hal. 79) Anehnya Nircholis Madjid & kawan – kawannya merasa bangga sekali & bermanhaj dgn manhaj dgn para penulis Rasa-il di atas & mereka telah memuliakannya.
(*3). Lafadz tuhan nan pertama dgn huruf kecil (tuhan), sedangkan nan kedua dgn huruf besar (Tuhan), sebagai pengganti nama Allah.
(*4). Lihat, ar-Raddu ‘alal Manthiqiyyîn (hlm. 260)
(*5). Lihat Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, hlm. 45-53 oleh Imam aI-Albâni rahimahullah
sumber: www.almanhaj.or.id penulis Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat tags: Mengalahkan Yahudi, Cara Kerja, Ikhwanul Muslimin, Dalam Islam